Rabu, 23 Maret 2011

SEJARAH AGAMA HINDU


Agama merupakan suatu fenomena universal yang dapat ditemukan dalam setiap masyarakat kapan dan dimana saja, karena agama ternyata tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa agama menempati peranan penting dalam kehidupan manusia, dalam kehidupan perorangan maupun kelompok.
Sebenarnya sejak dulu hingga sekarang tidak pernah ada suatu masyarakatpun tanpa agama, sekalipun bentuk agama yang dipeluk berbeda-beda, sejak awal sejarahnya manusia telah mempercayai adanya kekuatan-kekuatan tertentu yang non indrawi,yang diyakini mempengaruhi hidup manusia.
Munculnya berbagai agama merupakan fakta dan hukum Tuhan yang tidak dapat ditolak, walaupun kita tahu bahwa semua agama pada mulanya bersumber dari Tuhan. Agama – agama tersebut antara lain Hindu, Budha, Yahudi, Kristen, Islam dan lain-  lain.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang agama Hindu dan segala sesuatu yang berhubungan dengan agama Hindu.











PEMBAHASAN

  1. Definisi Agama Hindu
Terdapat kesulitan untuk mendefinisikan agama Hindu.  Thomas R. Trautman mengemukakan bahwa Republik India sendiri membatasi pengertian seorang penganut agama Hindu ”an Indian” yang menurut dia mestinya harus ditambah dengan orang Pakistan, Nepal, Ceylon, yang bukan agama islam, Kristen, Persia dan Yahudi.  Apa yang dikemukakan oleh Thomas tersebut ada benarnya, sekalipun juga masih dirasa ada kekurangannya.  Ada lagi yang membatasi agama hindu adalah agama yang penganutnya menyembah dan memuja dewa-dewa Wisnu, Syiwa, Sakti, Avatara-avatara ( penjelmaan ) nya, anak-anaknya dan sebagainya.[1]

  1. Asal – usul Agama Hindu
Agama Hindu timbul dari arus utama yang membentuknya yaitu agama(bangsa)  Dravida dan agama bangsa Arya.  Dalam perkembangannya sejak 1500 SM[2] di India lalu ada usaha-usaha yang mempesonakan untuk memasukan berbagai macam kepercayaan yang ada, filsafatnya dan praktik-praktik keagamaannya dalam suatu sistem yang sekarang ini disebut dengan agama Hindu. [3]
Sejarah agama Hindu dan perkembangannya dapat diketahui dari kitab-kitab suci agama Hindu yang terhimpun dalam Weda Sruti, Weda Sruti, Ittihasah, Upanisad dan sebagainya.  Perkembangan agama Hindu menurut Govinda Dass dalam Hinduism dibagi menjadi tiga tahap yaitu weda kuno, zaman Brahmana, dan zaman upanisad.[4]
1).  Zaman weda kuno (1500-1000 SM)
Zaman weda kuno merupakan zaman penulisan wahyu suci weda yang pertama yaitu Reg Weda, dimana pada waktu itu manusia percaya pada alam lain disamping dunia ini.  Mereka berkeyakinan bahwa da para dewa yang baik dan ada roh jahat.  Sehingga dalam Reg weda lebih banyak menekankan pada pelafalan ayat-ayat weda secara oral yaitu dengan menyanyikan dan mendengarkan secara berkelompok.
Dalam kitab Reg weda disebutkan adanya tiga dewa yaitu: [5]
Ø  Dewa langit: Waruna, Surya dan Wisnu
Ø  Dewa angkasa: Indra (dewa perang), Maruta (dewa taupan) dan Bayu (dewa angina)
Ø  Dewa bumi: Dewa Agni (dewa api) dan Dewa pertiwi

2).  Zaman Brahmana
Zaman ini ditandai dengan munculnya kitab Brahmana sebagai bagian dari weda sryti.  Kitab ini memuat himpunan do’a serta penjelasan upacara korban dan kewajiban keagamaan.
Pada zaman ini para kepala agama (Brahman) sangat berkuasa.  Pada zaman inilah timbul system kasta yaitu Brahman ahli agama, ksatri ahli perang, Waisya pekerja dan Sudra rakyat rendah[6]
3).  Zaman upanisad (750-500 SM)
Upanisad berarti duduk dibawah kaki guru untuk mendengarkan ajarannya.  Pada zaman ini timbul konsep-konsep Brahman, Atman, Karma dan Moksa.
§  Brahman adalah sebab bagi adanya dunia atau sebab materiil bagi dunia
§  Atman adalah pusat dariu segala fungsi jasmani dan rohani
§  Karma berarti perbuatan, kemudian berarti balasan, yakni yang berbuat baik akan menjadi baik dan yang berbuat jahat akan menjadi jahat.
§  Moksa berarti kelepasan, yakni suatu jalan untuk menghilangkan keinginan-keinginan
  1. Kitab Suci Agama Hindu
1)      Rig Weda : berisi kumpulan nyanyian-nyanyian suci untuk pemujaan dewa-dewa yang disebut samhita
2)      Yajur Weda : berisi rumus-rumus upacara korban dewa
3)      Sama Weda : berisi melodi-melodi atau hymne-hymne yang dinyanyikan oleh pendeta-pendeta yang bertugas dalm upacara pemujaan dan korban.
4)      Atharwa Weda : berisi rumusan mantra ynag mengandung kekuatan gaib yang baik dan yang jahat[7]

  1. Pokok – pokok Ajaran Agama Hindu[8]
Tujuan agama Hindu
Tujuan agama Hindu adalah untuk mendapatkan Moksa dan Jagaddhita.  Moksa diartikan sebagai kebebasan dari ikatan duniawi atau kesempurnaan roh dan Jagaddhita diartikan sebagai kesejahteraan umat manusia dan kedamaian dunia.
Keimanan agama Hindu
Dalam agama Hindu iman disebut Sraddha.  Pokok-pokok keimanan dalam agama Hindu dibagi menjadi lima bagian yaitu yang disebut dengan Panca Sraddha, yaitu:
v  Percaya terhadap adanya Brahman (Sang Hyang Widhi) atau Tuhan
v  Percaya terhadap Atman.  Atman adalah percikan kecil dari Paratman, Atman yang tertinggi/  Brahman.  Atman yang menghidupi badan disebut Jiwatman (roh) dipengaruhi karma
v  Percaya terhadap hokum Karmaphala.  Buah dari perbuatan diasebut Phala, phala akan diterima sebagai hasil dari perbuatan setelah kehidupan yang akan datang.
v  Percaya terhadap adanya Punarbawa.  Kelahiran kembali jiwatman(roh) dari surga/ neraka disebut Punarbawa atau samsara, sedangkan bentuk kelahirannya bergantung pada Karmawasana (bekas-bekas perbuatan terdahulu)
v  Percaya terhadap adanya Moksa.  Orang yang telah mencapai moksa tidak lahir lagi ke dunia tapi telah bersatu dengan Paratman, Atman yang tertinggi / Tuhan

Satya
Satya mempunyai dua makna yaitu kebenaran dan kesetiaan/ kejujuran.  Kebenaran merupakan sifat hakikat dari Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan dari kesetiaan ini diartikan kesetiaan pada Tuhan Yang Maha Esa.
Rta
Rta merupakan bentuk Tuhan yang murni, yang bersifat absolut transedental.  Bentuk hukumnya yang dijabarkan dalam amalan manusia disebut Dharma.  Dharma bersifat relatif karena berkaitan dengan pengalaman manusia.  Ajaran Rta dan Dharma menjadi landasan ajaran Karma dan Phalakarma


Diksa
Diksa berarti pencucian, pentahbisan atau inisiasi.  Diksa termasuk pokok keimanan yang ditempuh melalui brata dan dengan brata itulah seseorang itu di Diksa.  Jadi Diksa adalah cara untuk melewati satu fase kehidupan menuju fase kehidupan baru.

Tapa
Tapa atau pengendalian diri mempunyai arti penguasaan atas nafsu untuk menjalani kehidupan suci.
Brahman
Brahman atau pujian adalah semacam mantra do’a yang dalam sehari-hari disebut mantra.  Terkadang mantra disebui juga sebagai storta atau stawa, yaitu ayat-ayat yang mengandung opujian pada Tuhan.
Yajna
Yajna disebut ritual (upacara keagamaan atau samskara).  Terkadang upacara keagamaan disebut juga dengan karman atau karma.
Sad Darsana
Sad darsana adalah enam pemikiran filsafat yang diterima dan diakui sebagai bagian yang tidak dapat dilepaskan dari system kebudayaan agama Hindu.
a).  Filsafat Samkhya
Pendirinya adalah Maharsi Kapila.  Menurut filsafat Samkhya, manusia dan alam semesta terdiri dari dua unsure, yaitu purusa, asas kejiwaan (kerohanian) dan prakrti asas badani (materi atau jasmani).  Menuirut ajaran samkhya ada tiga sumber untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu: prakyasa pramana, anumana pramana dan sabda pramana.
a.       Prakyasa pramana adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan.
b.      Anumana pramana yaitu pengetahuan yang didapat atas dasar kesimpulan.
c.       Sabda pramana yaitu pernyataan dari yang kuasa dan memberikan pengetahuan mengenai suatu objek yang tidak dapat diketahui atas dasar pengetahuan, pengamatan dan penarikan kesimpulan.
b).  Filsafat Yoga
Pendirinya adalah Maharsi Patanjali yang menulis kitab yoga sutra.  Kitab ini terdiri dari empat bagian yaitu samadhipada (isi tentang ajaran yoga), sadhanapada (tentang cara pelaksanaan yoga), wibhutipada (tentang kekuatan gaib dalam yoga), kariwalyapada (alam kelepasan roh).  Jadi yoga berarti berhentinya kegoncangan pikiran.
c).  Filsafat Mimamsa
Mimamsa berarti penyelidikan sistematis yang pertama terhadap weda.  Pendirinya adalah Maharsi Jimini, sumber utamanya adalah keyakinan atas kebenaran.  Mimamsa mengajarkan ahwa tujuan terakhir adalah Moksa dan jalan lainuntuk menggapainya adalah dengan melaksanakan upacara keagamaan.
d).  Filsafat Nyaya
Nyaya adalah suatu penelitian yang kritis dan analitis.  Pendirinya adalah Maharsi Gautama.  Dalam memecahkan ilmu pengetahuan, filsafat ini menggunakan empat metode (catur pramana) yaitu:
ü  Prayaksa (pengetahuan langsung melalui panca indra).
ü  Anumana (pengetahuan yang diperoleh dari obyek dengan menarik pengertian dari tanda-tanda yang diperoleh).
ü  Upamana (ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui perbandingan).
ü  Sabda (pengetahuan yang diperoleh dengan mendengarkanatau malalui penjelasan dari sumber-sumber yang dipercaya).

e).  Filsafat Waisesika
Pendirinya adalah Maharsi Kanada, sumber ajarannya adalah Waisesikasutra.  Isi pokok ajarannya menjelaskan tentang Dharma yaitu apa yang memberikan kesejahteraan di dunia ini dan yang memberikan kelepasan yang menentukan.

f).  Filsafat Wedanta
Disebut juga Uttara Mimamsa.  Wedanta berarti akhir dari weda, sumberajarannya adalah kitab-kitab upanisad.  Sifat ajarannya adalah absolutisme (aliran yangn meyakini bahwa Tuhan yang maha esa adalah mutlak) dan teisme (mengajarkan Tuhan yang berpribadi/ personal god)

  1. Konsep Ketuhanan Agama Hindu

Ajaran ketuhanan dalam agama hindu disebut Brahma widya, yang membahas Tuhan Yang Maha Esa dan ciptaannya, termasuk manusia dan alam semesta. [9]  Agama Hindu Weda mempunyai konsepsi ketuhanan yang bersifat politeisme yang dimanifestasikan dalam 32 dewa.  Sebagai tokoh simbolis dari satu dewa pokok yaitu Brahma.  Dewa-dewa tersebut antara lain: dewa Yaurpitar (dewa matahari), Vairuna (dewa air), indra (dewa perang), Yama (dewa maut), Rudra (dewa badai), Vayu (dewaangin), Soma (dewa bulan), Agni (dewa api), brahma (dewa pencipta alam), Wisnu (dewa pemelihara alam) dan lain-lain.  Tetapi setelah muncul faham trimurti hanya ada tiga dewa besar yaitu Brahma, Wisnu dan Syiwa. [10]
Sekilas juga tampak bahwa yang dipuja dalam weda adalah kekeuatan-kekuatan alam (natural politeism) adalah tidak benar.  Penamaan yang beraneka ragam yang memuji dan mengagungkanNya adalah karena keterbatasan manusia dalam membayangkan Tuhan.

  1. Ritual Agama Hindu

Ada dua macam ritual agama Hindu yaitu ritual keagaman Vedis dan agamis[11].  Vedis meliputi kurban-kurban pada para dewa (dengan melakukan persembahan seperti mentega cair, bulir-bulir padi, sari buah soma, terkadang binatang) ditempatkan pada kaki suci atau dilemparkan kedalam api suci yang telah dinyalakan diatas altar pengorbanan melalui perantar dewa api.
Ada perbedaan pendapat antara upacara keagamaan umum yang besar (srauta) dan domestic (grhya).  Kalau upacara besar dilakukan oleh imam-imam dengan rumusan samhita dan menggunakan tiga perapian, sedangkan domestik di depan tungku keluarga oleh kepala keluarga dengan doa khusus.  Adapun bentuk ritualnya di dahului dengan konsekrasi (Diksa) yang bertujuan untuk mengangkat dari kedudukan profane ke kudus.
Sedangkan upacara domestik berupa kebiasaan sehari-hari yang disertai dengan persembahan yang disebut sakramen.  Sakramen adalah tahap-tahap penting dari keberadaan manusia sejak kelahiran sampai kematian.
Ritual agamis berupa pemujaan pada dewa dan melakukan puasa.  Bentuk khas dari praktek keagamaan agama Hindu adalah cara penyembahan yang disebut puja.  Dalam rangkaian ritual, patung-patung diberi minyak, diberi pakaian, dihiasi dan diberi wangi-wangian, makanan dan minuman serta bunga.
Upacara-upacara kurban ditetapkan dalam dua kitab yaitu:
a.       Sautra sutra
Berisi petunjuk-petunjuk upacara kurban yang wajib dikerjakan oleh raja-raja.
-          Raja  Surya : upacara dalam pelantikan raj naik tahta.
-          Asma weda : kurban kuda satu tahun sekali sebagai tanda kebesaran raja.
-          Purushameda : kurba manusia yang diberikan raja.
b.      Gerha sutra
Ialah tata cara kurban untuk keluarga.
-          Nitya : kurban wajib dillakukan setiap hari oleh kepala keluarga terhadap roh-roh nenek moyang.
-          Naimittika : kurban yang dilakukan sekali seumur hidup (kelahiran, pemberian nama, potong rambut pertama)
-          Upanayana : upacara memasuki kasta, perkawinan dan kematian.

  1. Ajaran Kemasyarakatan Dalam Agama Hindu

Masyarakat pada hakekatnya terdiri dari kelas-kelas sosial sebagai unsur dari komponen dari kehidupan berkelompok (kolektif).  Di dalam agama Hindu ajaran tentang masyarakat disebut ajaran kasta.
Di dalam ajaran Hindu tentang kasta, masyarakat dibagi menjadi empat golongan yang dapat dikategorikan sebagai kelas-kelas atau srata sosial yakni:
a.        Kasta Brahmana, merupakan golongan masyarakat yang dikategorikan sebagai pemuka agama atau yang berhak untuk memimpin kegiatan-kegiatan seperti membaca kitab, doa dan mantra serta memimpin upacara keagamaan seperti kurban untuk dewa.
b.        Kasta Ksatria, adalah masyarakat yang keahliannya sebagai alat Negara yang berkewajiban membela Negara, mempertahankan, menjaga keamanan Negara.  Golongan ini terdiri dari perwira, prajurit atau angkatan bersenjata.
c.        Kasta Waisya adalah masyarakatyang mempunyai kegiatan dibidang perekonomian dengan tugas dan profesinya di bidang pemasaran, jual–beli atau perdagangan.
d.       Kasta Sudra adalah sekelompok orang yang bertugas di bidang pekerjaan kasar atau para buruh (proletar) dalam kegiatan sehari-hari baik di dalam sruktur kerja maupun struktur kerja konvensional.

Kelas-kelas sosial ini tidak ditetapkan atas dasar kebetulan melainkan ditetapkan atas dasar garis kelahiran (warna).  Artinya seseorang dimasukkan kelompok kastanya apabila memang anggota keluarga atau lahir di lingkungan keluarga kasta tersebut sehingga sangat mustahil untuk berpindah dari satu kasta ke kasta yang lain apapun alasannya.  Namun ada beberapa versi yang mengelompokan asal-usul kasta kedalam aneka ragam pandangan :
1.      Ditinjau dari pandangan doktrin kita suci.
2.      ditinjau dari pandangan sejarah.
3.      Ditinjau dari pandangan filsafat. [12]






[1] Romdhon, Agama-agama di Dunia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kali Jaga, 1988), hlm. 55
[2] Arifin, Menguak Misteri Ajaran-ajaran agama Besar, (Jakarta: Golden Terayon press), hlm56
[3] Romdhon, hlm.55
[4] Djam,Annuri, Agama Kita: Perspektif Sejarah Agama-agama,  (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2000), hlm.36
[5] Rasjidi, Empat Kuliah Agama Pada Perguruan Tinggi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hlm.55
[6] Ibid, hlm. 55
[7] Arifin, hlm.66
[8] Djam’annuri, hlm.50
[9] Ibid, hlm. 45
[10] Arifin, hlm.66
[11] Mariasusai, Dhavamony, Fenomenologi Agama, ( Yogyakarta: Kanisius, 1973), hlm. 171
[12] Bahri Ghazali, Agama masyarakat (Pengenalan Sejarah Agama-agama), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004), hlm. 62-63

1 komentar:

  1. saya sbagai pnganut agama hindu,.. mnta m'f yg sbesar2x tlong mmasukkan n mnulis sjarah n keterangan agama hindu lebih diprbaiki krn msih bnyak yg slah penempatanx... jd tlong mmasukan tulisan yg benarlh..

    BalasHapus