Sabtu, 05 Maret 2011

WAMIN QOWAI'IDIS SARI'ATI AT TAISIRI FI KULLI AMRIN NAABAHU TA'SIRIN


ومن قواعد الشريعة التيسير في كل أمر نابه تعسير
WAMIN QOWAI'IDIS SARI'ATI AT TAISIRI  FI KULLI AMRIN NAABAHU TA'SIRIN
Artinya: dan termasuk qaidah syari'ah adalah mudah dalam setiap perkara sebagai ganti dari kesulitan (kesusahan).
قوله هنا: " ومن قواعد الشريعة التيسير": المراد بالتيسير:التيسير مأخوذ من اليسر وهو السهولة والليونة، قوله: " في كل أمر نابه نابه" يعني: اعترض له وعارضه ونزل به، "تعسير": التعسير مأخوذ من العسر وهو الشدة وعدم الليونة، فالمراد بالقاعدة: أن من حكمة الله ومن رحمة الله بعباده أنه إذا حصل لهم شيء من العسر فإن الشريعة تخفف وتيسر لهم.
Dari kalimat ini: “wamin qowa'idis sarii'ati at taisir" yang dimaksud at taisiru: diambil dari kata al yusru maknanya adalah: mudah dan lembut,dan kalimat ini: fi kulli amrin nabahu taksir" nabahu.
Artinya adalah: ganti darinya, mendapatkannya, adapun makna "at ta'sir" diambil dari kata al 'usru maknanya: keras/susah dan tidak lembut, adapun yang dimaksud dari qaidah ini adalah: sesunggunya termasuk hikmah dan kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya adalah jika mereka mendapatkan kesulitan dan kesusahan maka sesungguhnya syaria'at islam mempermudah dan memberikan keringanan bagi mereka.
وهذه القاعدة قد دلّ عليها أدلة عديدة، منها قوله -جل وعلا-: { فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6) } (سورة الشرح آية : 5-6) قوله -سبحانه-: { يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ } (سورة البقرة آية : 185) وقد علل الله - عز وجل - كثيرا من أحكامه بإرادة التخفيف والتيسير على العباد: { يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا (28) } (سورة النساء آية : 28) ﴿وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ﴾ [الحج:78]، ويدل على ذلك أيضا استقراء أحكام الشريعة فإنها بفضل الله يسيرة سهلة تحقق مصلحة الخلق.
Dalil dari qaidah ini banyak sekali diantaranya firman ALLAH  :
{ فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6) } (سورة الشرح آية : 5-6)
1.      5. Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6.  Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS Alam Nasyrah : 5-6 )
{ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ } (سورة البقرة آية : 185)
2.      185. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu (QS Al-Baqorah : 185 )
 { يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا (28) } (سورة النساء آية : 28)
3.      dan sungguh Allah banyak sekali menghubungkan dalam hukumnya keringanan dan kemudahan bagi hambanya sebagaiamana dalam firmannya: 28.  Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (QS An-Nisa : 28 )
4.       
﴿وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ﴾ [الحج:78]
78.  dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. ( al hajj: 78 )
وأما من السنة فقول النبي r: " بعثت بالحنيفية السمحة " التيسيرسلسلة الحديث الصحيح للالباني رقم:2924
Dalam hadist dikatakan: aku diutus dengan agama yang lurus lagi mudah.Silsilah Shohih karya Albani hadist no : 2924.
و ما امرتكم به فأتوا منه مااستطعتم ( متفق عليه )
Jika aku perintahkan dengan sesuatu maka kerjakanlah semampu kalian. ( HR Bukhari no : 7288 dan Muslim no : 1337 )
Dan telah menunjukkan yang demikian itu dalam penetapan hukum-hukum syari'at dan itu semua karena keutamaan Allah yaitu bersama kesusahan itu ada kemudahan dan itu semua demi kemaslahatan hamba-Nya.
والعلماء يعبرون عن هذه القاعدة بتعبير يخالف تعبير المؤلف هنا، المؤلف هنا يقول: التعسير سبب للتيسير، والعلماء يعبرون عنها بلفظ آخر، فيقولون: المشقة تجلب التيسير، ولعل لفظ المؤلف أولى من لفظ الفقهاء،
Dan para ulama lainya mengetengahkan qaidah ini dengan siyah yang berbeda dengan apa yang di ketengahkan mualif disini (As-Syeikh As Sa'diy)  mengatakan: kesulitan  sebab dari kemudahan (at ta'siru sababun lil taisir) sedang ulama' lainya mengatakan dengan lafadh: kesusahan mendatangkan kemudahan (al masaqqotu tajlibu at taisir) namun lafadh dari mualif lebih afdhol dari pada lafadhnya para fuqoha.
As syeikh Abu Huamid Abdullah Al falasi mengatakan dalam ringkasanya dari kitab Qowaidul Fiqhiyyahnya As-Syeikh Sholeh Al Usaimin dalam qaidah kelima dengan teks:
القاعدة الخامسة: كلما وجدت المشقة وجد التيسير
Kulamaa wajadatil masaqotu wajada at taisuru
Dimana jika didapati kesulitan maka akan didapati kemudahan
، فما هي أنواع العسر الجالب للتيسير؟ منها: المرض كما قال -جل وعلا-: { فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ } (سورة البقرة آية : 196) ففي هذه الآية علق الله - عز وجل - الحكم بقوله: (مريضا) ولم يطلق، لم يقل: من كان به مرض، فدلنا ذلك على أن المراد مرض خاص، والذي يترتب عليه الفعل أو يترتب عليه الحكم حكمة الحكم هو إذا كان المرض على حالة لو فعل المأمور معها لتأخر البرء أو زاد المرض، فإنه يشرع التخفيف حينئذ.
Maka apa saja yang di kategorikan "kesulitan  itu bisa mendatangkan kemudahan" diantaranya adalah sbb :
1.      Orang yang sakit sebagaiman firman Allah dalam memberikan keringanan kepada orang yang sakit di waktu haji
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ (سورة البقرة آية : 196)
Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Dalam ayat ini Allah memberikan keringanan hukum dengan firmannya ( مريضا  ) namun tidak mutlaq semua sakit, Allah tidak mengatakan "man kana bihi mardhon" (barang siapa yang merasa sakit), maka menunjukkan ayat ini sakit yang dimaksud adalah sakit tertentu, maka yang dimaksudkan dari ayat ini yang termasuk hikmah Allah dalam menentukan hukum adalah: jika orang yang sakit tersebut mengerjakan perintah tersebut kemudian menyebabkan sakitnya bertambah parah atau menghalangi kesembuhanya, maka syariat memberikan keringanan di saat seperti itu. (QS Al-Baqarah : 196).
مثال ذلك: من كان الصيام يؤخّر شفاءه أو كان الصيام يزيد في مرضه جاز له الفطر، ومن لم يكن كذلك لم يجُز له الفطر، ولو كان مريضا؛ ولذلك من به وجع أسنان أو صداع بحيث أن الصيام لا يزيد في مرضه ولا يؤخر شفاء المرض، فإنه لا يجوز له الإفطار.
Contoh lainya adalah: orang yang sakit dalam keadaan puasa jika menyebabkan terhambatnya kesembuhanya atau karena puasa bisa menjadi parah sakitnya maka boleh baginya untuk berbuka( membatalkan puasanya dan menganti dilain hari), adapun jika tidak dalam keadan seperti itu maka tidak boleh baginya membatalkan puasanya, waluapun dalam keadaan sakit, contohnya , sakit gigi atau sedikit pusing  jika dengan menjalankan puasa tidak menyebabkan sakitnya menjadi parah dan menghambat kesembuhannya  maka tidak boleh baginya membatalkan puasanya.

ومن أسباب التيسير في الشريعة -أيضا- السفر، وقد اختلف العلماء في ضابط السفر، فمنهم: من يقول: حدُّه بثمانين كيلو، ومنهم من يقول: بمسير يوم، وهذا القول فيه قوة؛ لأن الله - عز وجل - قال: { يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ } (سورة النحل آية : 80) ولأن الشريعة جاءت في نصوصها وصف السفر بكونه يوما، ورد في بعض الأحاديث: " لا تسافر امرأة يوما إلا مع ذي مَحرم " ولم يرد أقل من ذلك، والقول الثالث في المسألة بأن الضابط في المسألة يرجع إلى العرف فما عده أهل العرف سفرا فهو سفر، وإلا فلا نعده سفرًا تُناط به أحكام التخفيف والدليل على أن السفر يناط به التخفيف قول الله - عز وجل - { فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ } (سورة البقرة آية : 184) .
2. Dan salah satu sebab kemudahan dan keringanan dalam syariat  adalah orang yang bepergian jauh (safar), namun ulama' berselisih pendapat jarak nya berapa bisa dikatakan safar (bepergian jauh), sebagian mereka mengatakan: batasnya tidak kurang dari 80 km, sebagian lagi berkata: batasanya perjalanan sehari, dan pendapat ini munkin yang lebih kuat, karena Allah mengatakan :
 : { يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ } (سورة النحل آية : 80 (
Di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim.” (An-Nahl : 80 )
karena syari'at itu datang dengan dalil yang mensifati safar (bepergian jauh) dengan makna sehari, sebagaiman dikatakan dalam hadist : "janganlah seorang perempaun itu safar (bepergian) sehari kecuali dengan mahramnya" dan tidak dikatakan yang lebih sedikit dari batasan waktu itu (sehari)
Adapun pendapat yang ketiga dalam menentukan batasan safar (bepergian jauh) yaitu: hendaknya dikembalikan kepengertian umumnya masyarakat, (al urfi), maka jika umumnya pemahaman ahlul urfi menyatakan hal itu sudah dikatakan safar maka kita sebut safar, jika tidak maka tidak termasuk dikatakan safar dan belum mendapatkan keringanan.
Adapun dalil safar (bepergian jauh) mendapatkan keringanan dalam syari'at adalah firman Allah:
 { فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ } (سورة البقرة آية : 184) .
Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (QS Al-Baqarah : 184)

ومن أسباب التخفيف -أيضا- النقص؛ ولذلك المجنون يخفف عنه في الأحكام، والمريض، والحائض تسقط عنها الصلاة وطواف الوداع ... وهكذا.
3.   Dan sebab lainya dalam mendapatkan keringanan dalam syari'at adalah "an naqs"(kurang sempurna) maka orang gila mendapatkan keringanan dalam hukum syari't, begitu juga orang yang sakit, orang yang haid gugur darinya kewajiban sholat dan thowaf wada' dsb.
والشارع في التيسير يسلك مناهج عدة فمرة يسقط الواجب مثل: سقوط الصلاة في حق الحائض، ومرة ينقص الواجب، مثل: صلاة المسافر، ومرة يبدل الواجب بغيره، مثل التيمم بدل الوضوء، ومرة يقدم الواجب ، مثل: تقديم الزكاة، وتقديم الصلاة المجموعة ، ومرة يؤخر مثل: تأخير الصلاة المجموعة، هذا شيء مما يتعلق بهذه القاعدة. نعم.
Dan pembuat syari'at (Allah dan Rasul-Nya) dalam memberikan keringanan dan kemudahan dengan menempuh berbagai manhaj:
1.      Kadang keringan itu mengugurkan kewajiban, misal : gugurnya kewajiban sholat bagi wanita haid.
2.      Kadang meringankan hal yang wajib, misal: sholatnya orang safar (boleh dijama' dan di qosor), orang yang sakit dan tidak mampu berdiri boleh sholat dengan duduk ataupun berbaring.
3.      Kadang keringanan itu menganti kewajiban dengan yang lainya, misal: tayamun mengantikan wudhu jika tidak ada air dan bagi yang punya udhur (seperti sakit).
4.      Kadang keringan itu bolehnya mendahulukan kewajiban dalam menunaikannya misal: bolehnya mempercepat membayar zakat, dan mendahulukan sholat berjama'ah jika sudah berkumpul.
5.      Kadang keringan itu bolehnya mengakhirkan suatu kewajiban misal :mengakhirkan sholat berjama'ah jika belum berkumpul jama'ahnya., maka itu semua adalah berhubungan dengan qaidah ini.
Dan contoh dari qaidah yang agung ini sangat banyak sekali untuk di kemukakan disini, namun ana cukupkan itu saja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar